Suryani Isnoel

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
ART dan Majikan
Semua penggiat Literasi

ART dan Majikan

ART

PART-12

" Bapak , ibu, apa khabar? Kenapa tidak kasih kabar kalau mau datang? apakah Lili bikin masalah atau Lili berbuat salah kepada bapak dan ibu?".pertanyaan beruntun keluar dari mulut ibu Lili.

Sebelum sempat kami menjawab, ibu Lili permisi ke belakang sebentar, mungkin mengambil minuman atau menemui Lili yang sedang di dapur..entahlah.

Tidak lama kemudian , dia balik lagi bersama Lili membawa beberapa gelas air putih dan satu sisir pisang lidi. Setelah menaroknya di lantai, beliau mempersilahkan kami minum dan makan pisang.

"Silahkan pak. buk, sambil menengok ke kami dan bapaknya Lili beserta kawannya, diminum airnya , makan pisangnya, cuma itu yang bisa saya hidangkan". ujarnya sopan.

"Ya bu", jawab kami berbarengan.

Aku minum airnya dan kunikmati pisang Lidi yang disodorkan si ibu. Anak gadisku juga kuberi satu buah pisang, dan dia senang sekali. Mungkin karena merasa agak lapar, maklumlah anak-anak suka ngemil. Pisang lidi adalah pisang kesukaanku. Waktu di kampung pisang ini selalu jadi incaran. Di kebun belakang rumah pisang ini tak sulit ditemui. Bapak dan ibuku orang yang rajin berkebun walau sudah tua dan pensiun, beliau tetap ingin berbuat banyak untuk anak cucu nantinya. Misalnya menanam sesuatu yang jangka waktunya untuk bisa berbuah, memakan waktu yang lama . Seperti menanam kelapa, beliau bilang begini, kalau ndak sempat awak yang menikmati, anak cucu awak gai lah bisuak.

Intinya, sesuatu yang kita perbuat, tidak akan ada yang sia-sia.

Bapak Lili dan kawannya masih diam seribu bahasa. Tidak ada keinginannya untuk menyampaikan ke ibu Lili , apa yang telah disampaikannya waktu di rumah kami tadi.

Akhirnya , suamiku yang memulai percakapan.

Menjawab pertanyaan si ibu tadi.

"Begini bu, seperti yang ibu tanyakan tadi, kenapa kami kesini tidak mengasih khabar, dan apakan ada masalah yang diperbuat oleh Lili?", ujar suamiku.

" ya pak". jawabnya pendek.

"Dari tadi siang kami sudah menelpon ibuk, tapi hpnya tidak aktif", ujar suamiku.

Mendengar penuturan suamiku, ibu Lili langsung merogoh kantung baju dasternya.Mengeluarkan hp dan membukanya. Dengan wajah rasa bersalah dia berkata

"Maaf pak, hp saya ternyata mati, mungkin batrainya habis", ujarnya mencoba mengobati rasa bersalahnya.

"Ya bu", jawab suami sambil melanjutkan perkataannya.

"Lili kami kembalikan ke ibu, bukan karena dia buat masalah", ujar suamiku sambil memandang bapaknya Lili.

Bapak Lili masih diam, dan menunduk resah, entah apa yang ada dalam pikirannya.

Bersambung..

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ditunggu kelanjutannya buk, gmn nasib lili, sukses selalu bu

06 Jul
Balas

Membuat penasaran ceritanya ..

06 Jul
Balas



search

New Post